Senin, 10 Januari 2011

Media Massa turut picu inflasi


Kenaikan harga cabai ramai dibicarakan akhir-akhir ini. Inflasi akhir tahun 2010 tercatat sebesar 6,96%. Sementara Darmin Nasution menyatakan bahwa core inflasi kita hanya 4,28%. Sisanya dipicu oleh kenaikan harga bahan pangan yang fluktuatif.

Cabai yang notabene bukan termasuk bahan pangan pokok menyumbang inflasi yang cukup besar. Alasannya karena perubahan iklim yang membuat stok cabai di pasaran berkurang sehingga memicu kenaikan harga.

Namun di sisi lain, media massa juga memicu inflasi cabai. Mengapa?

Pemberitaan yang terlalu berlebihan yang diartikan secara sepihak memacu inflasi.
Normalnya harga cabai berada di kisaran 20-30 ribu rupiah. Jika dihitung dengan kelangkaan karena perubahan iklim maka harganya tidak lebih dari 50 ribu. Namun harga sekarang banyak yang mencapai lebih dari 100 ribu rupiah. Padahal tidak semua daerah mengalami kenaikan harga sedemikian ekstrim. Pemberitaan di media yang terlalu berlebihan membuat petani cabai merasa rugi jika hanya menjual 35 ribu rupiah saja. Mengingat harga akhir di konsumen bisa mencapai 3 kali lipat. Akibatnya harga cabai akan naik dari petani dan terus melambung hingga ke konsumen.

Oleh karena itu, perlu juga dicermati faktor-faktor lain pemicu inflasi kadang datang dari luar yang sebenarnya tidak berhubungan langsung. Mengenai seberapa signifikan pengaruh media atau berapa persentase media menyumbang inflasi, silahkan diteliti sendiri... :P

2 comments:

Daisy mengatakan...

huaaa blogmu isinya berat banget us.. jd merasa sangat 'tidak berisi' saya. huhu *mimisan* :)

usti nugraeni mengatakan...

hahaha...hanya iseng2 des...gak ngerti juga mau nulis apa soalnya :)