Kamis, 11 November 2010

Negara Islami

Sebagai Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia saat ini, perilaku kita justru kalah Islami dengan Negara lain yang jumlah umat muslimnya tidak mayoritas. Mengapa hal itu bias terjadi? Ibadah bukan hanya sekedar sholat, puasa, maupun haji. Ibadah juga tercermin dalam kehidupan kita sehari-hari. Tidak akan membicarakan tentang Islam secara mendalam. Namun akan melihat sisi keislamian dari diri kita. Dari hal yang paling kecil.

Membuang sampah pada tempatnya. Dari saat kita masih belum bersekolah hingga kini, kita tahu bahwa sampah dibuang di tempat sampah. Instropeksi diri kita masing-masing, meresapkah perkataan tersebut pada perilaku kita? Apa yang kita lakukan jika kita tidak menemukan tempat sampah? Di beberapa Negara, membuang sampah di sembarang tempat akan mendapat denda yang jauh lebih mahal dari sampah yang kita buang itu tentunya. Di balik diberlakukannya aturan tersebut, pemerintah Negara tersebut menyadari bahaya yang ditimbulkan dari membuang sampah secara sembarangan. Bukanlah hal yang berat untuk membuang sampah di tempat sampah yang telah tersedia. Jika tidak ada tempat sampah, peganglah dulu hingga kita menemukan tempat sampah. Bukankah kebersihan sebagian dari iman?

Tepat waktu. Menghargai waktu menjadi salah satu ciri orang sukses. Begitu pula dengan budaya menghargai waktu menjadi salah satu indicator majunya suatu Negara. Di Jepang, budaya menghargai waktu meresap pada tiap warganya. Satu detik saja terlewat, menandakan mereka melewatkan sebuah kesempatan berharga. Maka jangan heran bila orang-orang di sana berjalan sangat cepat. Budaya jam karet dikatakan sebagai budaya kita. Melestarikan budaya memang kewajiban setiap Negara. Namun bukan budaya yang seperti ini yang dimaksud. Jika berjanji dengan orang kita, telat satu hingga dua jam adalah hal biasa. Tengok saja, angka penunjuk jarum jam di sekitar kita tidak ada yang sama persis. Tayangan televisi selalu memiliki jadwal tayang yang bulat. Misal 7.30 atau 8.00. Ada stasiun televisi yang menayangkan program acaranya 7.15. Awalnya terlihat aneh. Namun jika dicermati, hal tersebut menandakan 15 menit kini dianggap berarti. Nantinya diharapkan kita akan menghargai waktu tidak hanya hitungan jam atau 30 menit. Bahkan satu menit adalah waktu yang berharga. Jadi bisa saja ada acara yang tayang pada 7.06.

Taat peraturan. Kata orang, peraturan itu untuk dilanggar. Di Negara lain, peraturan ditaati walau tanpa adanya petugas pemantau. Hal yang sepele, menyeberang jalan. Pemerintah menyediakan zebra cross sebagai tempat untuk menyeberang jalan, ataupun jembatan penyeberangan untuk menyeberang dengan rasa aman. Mengapa masih ada yang menyeberang di luar dari itu? Di luar negeri, jika akan menyeberang jalan harus menunggu lampu lalu lintas penyeberang menyala. Walau kendaraan sepi pun hal tersebut tetap dilakukan. Hal yang kecil. Namun mencerminkan sebagian mental kita.

Bukankah kebaikan dimulai dari diri sendiri, dimulai dari hal yang kecil, dan dimulai dari sekarang?

1 comments:

cendu mengatakan...

namanya jg orang indonesia neng...