Senin, 15 Agustus 2011

Kepercayaan Masyarakat


Masyarakat merupakan pilar ketiga dari sebuah pemerintahan selain pemerintah dan dunia usaha. Masyarakat memiliki peranan besar dalam keberhasilan suatu negara. Hubungan kepercayaan masyarakat dan kinerja pemerintah adalah suatu hubungan yang simultan. Jadi apabila suatu pemerintahan mengalami kegagalan, kesalahan tidak hanya terletak pada pemerintahnya saja. Namun juga masyarakatnya. Masyarakat merupakan kontrol sosial dari kinerja pemerintah. Bagaimana pemerintah dapat melakukan tugasnya dengan baik apabila setiap kebijakan yang dikeluarkan selalu ditentang. Memang tidak mudah memuaskan kebutuhan segala pihak. Namun harus selalu ada yang menjadi prioritas.

Bagaimana menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah?

Yang pertama harus dilakukan adalah mengetahui kebutuhan dasar masyarakat, yaitu kebutuhan pangan. Masyarakat Indonesia masih banyak yang awam terhadap kebijakan pemerintah. Mereka tidak mau tahu bagaimana suatu kebijakan itu diterbitkan, yang merupakan opportunity cost dari segala kemungkinan yang ada. Masyarakat ingin agar mereka mampu membeli barang kebutuhan pokok dengan harga yang murah. Hal ini terbukti dari jaman pemerintahan orde baru dimana kebutuhan pokok kita dapat dikatakan lebih terjamin. Adanya pemerataan pendapatan juga memacu masyarakat untuk lebih percaya kepada pemerintah. Terlepas dari praktik KKN di belakannya, Indonesia pernah menjadi macan asia dan berhasil dalam swasembada pangan.

Melihat wilayah Indonesia yang potensial terhadap sektor pangan, kebijakan pemerintah sebaiknya memang difokuskan di sektor pangan dahulu. Pemerintahan Soeharto berhasil membangun irigasi terbesar. Hal ini mungkin tidak terlalu terlihat bagi kita yang jarang turun ke sawah. Namun bagi mereka yang mengolah pangan kita, pembangunan irigasi ini merupakan langkah maju. Ditopang dengan panca usaha tani, subsidi pupuk, dan sebagainya. Beliau tahu betul kebutuhan masyarakat tani waktu itu.

Apa yang terjadi sekarang?
Kekeringan yang melanda di sebagian besar wilayah Yogyakarta, Klaten, dan Solo, membuat petani beralih menjadi pedagang hik. Padahal telah ada anjuran dari pemerintah untuk menanam palawija. Fenomena seperti ini tidak dapat dibiarkan terus menerus. Para petani yang beralih profesi bisa jadi tidak hanya satu dua bulan. Pengurangan jumlah lahan pertanian dan perubahannya menjadi wilayah pemukiman, akan membahayakan kontinuitas stock pangan kita.

Banyak program orde baru yang masih baik untuk dijalankan. Misalnya transmigrasi. Pemerataan penduduk di wilayah Indonesia merupakan salah satu langkah di bidang pertahanan keamanan. Bagaimana tidak? Kasus suaka politik yang pernah diberikan pemerintah Australia kepada WNI Papua disebabkan oleh kurang diperhatikannya masyarakat perbatasan.

Yang kedua adalah program KB. Pembatasan jumlah penduduk perlu dilakukan. Menurut Thomas Robert Malthus, pertumbuhan penduduk menurut deret ukur dan ketersediaan pangan menurut deret hitung. Jika penduduk tidak dibatasi, maka fenomena impor bahan pangan seperti sekarang ini bukanlah fenomena yang aneh.

Kebutuhan pokok masyarakat perlu diperhatikan lebih dahulu. Pemerintah seyogyanya memfokuskan pada peningkatan di sektor tertentu yang multiplier effectnya lebih besar. Jika kepercayaan masyarakat telah di dapat, maka kebijakan pemerintah selanjutnya dapat lebih terkontrol.

2 comments:

Anonim mengatakan...

quote "Yang pertama harus dilakukan adalah mengetahui kebutuhan dasar masyarakat, yaitu kebutuhan pangan", benar sekali, masyarakat kita adalah masyarakat pemakan beras dan peminum minyak. tidak perlu jauh-jauh berpikir tentang saham atau tax ratio, yang penting perut kenyang :)

kita terlalu fokus pada minyak, tapi mengabaikan pangan. Menjadi bukti sahih adalah, sadarkah kita, bahwa semenjak reformasi, tidak ada lagi bendungan yang pemerintah buat..mencerminkan betapa sektor pangan bukan tidak lagi seksi bagi penguasa.

kalo dilihat dari opportunity cost, hmmmmm
Pulau paling subur adalah jawa, tp justru diubah menjadi aspal dan beton. Daripada dijadikan sawah yang menghasilkan sedikit uang, tentu lebih menggiurkan dibangun mall dan pusat perbelanjaan bukan?? :p
1 hektar sawah menghasilkan 10 ton gabah, harga gabah kualitas medium adalah Rp4.000 per kilo. Jadi 1 hektar sawah menghasilkan keuntungan sekitar Rp40 juta

mungkin keuntungan waralaba indomaret tiap bulan lebih dari segitu,

gmn??hehehehehe

usti nugraeni mengatakan...

yup yup super sekali

sebaiknya pemerataan penduduk juga perlu dipikirkan. Pulau Jawa menjadi pusat penduduk. Oleh karenanya pusat transaksi ekonomi juga berada di sini. Jika pemerataan penduduk berhasil digalakkan maka transaksi ekonomi pun akan lebih merata. Kita juga seharusnya punya zona pembangunan. Misal pulau Jawa jadi zona ekonomi, Kalimantan Zona kehutanan, dan sebagainya. Pembangunan yang belum merata inilah menjadi salah satu penyebab utamanya.

Peran pemerintah terutama dalam hal perijinan. Zona-zona peruntukkan tersebut harus bisa dijaga. Misalnya daerah persawahan jangan sampai menjadi daerah pemukiman padat penduduk. Hal itu akan menyebabkan tanah menjadi lebih mahal sehingga orang akan tergiur untuk reklamasi lahan. :)